Jurnalis: Ning Tyas Asih
Menjadi seorang senior yang enjoy, sehat dan jauh dari penyakit dimensia merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh Senior Club KADOEA Senior Living By Rukun (KSLR).Demikian diungkapkan oleh manager KSLR Dra. Endang Widowati dalam acara pembukaan Workshop Batik Kontemporer yang mengusung tema “Nguri-Uri Budoyo Jawi”di Hall Student Center Pertamina SMK Negeri 2 Malang pada Rabu (29/12/2021). Masih dalam sambutan pembukaanya Dra. Endang Widowati menyampaikan bahwa KSLR sebagai salah satu dari unit produksi yang ada di SMK Negeri 2 Malang sekaligus Teaching Factory (TEFA) bagi siswa jurusan Keperawatan Sosial dan Asisten Keperawatan memiliki empat produk. Pertama adalah Senior Club. Club yang di dalamnya beranggotakan para senior ini memiliki kegiatan yang bervariasi pada setiap minggunya. Mulai dari melukis, membenthel, bermain Binggo dan kegiatan lainnya yang menyenangkan. Pada akhir bulan Desember ini, membatik kontemporer menjadi sebuah aktivitas pilihan. Kedua, produk hunian. KSLR memiliki 10 kamar yang terbagi atas 1 kamar untuk senior total care dan 9 kamar untuk senior mandiri. Para senior yang menghuni KSLR akan mendapatkan pelayanan dan pendampingan dari care giver. Ini yang membedakan antara KSLR dengan hotel pada umumnya, papar manager KSLR. Ketiga, Produk Layanan khusus bagi senior. Layanan khusus dimaksudkan misalnya ketika senior menghendaki sebuah kegiatan misalnya rekreasi, maka KSLR siap untuk memfasilitasi hal tersebut. Dan keempat, layanan home care yaitu pendampingan senior ke rumah yang sebelumnya telah dilakukan assessment.
Bertindak sebagai nara sumber workshop pada hari itu adalah Andi Sulistiono, seorang pakar dan pemerhati batik dari kabupaten Nganjuk. Lulusan Seni Rupa universitas Negeri Surabaya (UNESA) itu menyampaikan bahwa beliau merasa prihatin karena batik sebagai budaya adi luhung bangsa yang sudah diakui oleh UNESCO saat ini sudah mulai banyak dilupakan orang. Banyak yang membeli kain di toko dan menganggap itu adalah batik, padahal sebuah tekstil bermotif batik. Banyak yang memakai batik dengan bangga padahal itu adalah batik tiruan. Lebih lanjut guru seni yang pada tahun 2012 mendapatkan penghargaan dari Gubenur Jawa Timur sebagai “Guru Seni Berprestasi” itu menyampaikan bahwa definisi batik yang sebenarnya adalah karya seni rupa dua dimensi yang dibuat di atas kain dengan teknik perintang warna yang menggunakan “malam” yang telah dilelehkan.
“Bukan batik jika belum diberi perintang warna dengan ‘malam’ “ ujar Andi yang mengaku belajar batik dari Lawean Solo.
Seusai acara pembukaan, para peserta workshop yang terdiri atas 13 senior yang tergabung dalam Senior Club, pengelola KSLR dan care giver diajak untuk praktik secara langsung di gazebo yang terletak di belakang hall. Para senior mulai memainkan canting yang berisi malam yang sudah dilelehkan di atas sebidang kain putih. Ada yang menggores bentuk awan, kupu-kupu, bunga, ada juga yang menciprat-cipratkan lelehan malam di atas media kain putih. Para peserta workshop diberikan kebebasan untuk berekspresi dalam menghasilkan batik kontemporer. Kegiatan mewarnai, mengunci warna, merebus kain menjadi rangkaian kegiatan yang dengan antusias diikuti oleh peserta workshop. Pada akhir kegiatan takjub dan bangga pun dilontarkan para senior saat mengetahui hasil karyanya menjadi sebuah karya batik kontemporer yang sangat cantik